KOMPAS.com
Baru-baru ini, berita mengenai pesta seks dan praktik pertukaran pasangan (swinging) di Jakarta dan Bali mencuri perhatian publik, dengan beberapa pasangan, termasuk IG (39) dan KS (39), terlibat dalam skandal ini.
Swinger merujuk pada individu yang berpartisipasi dalam aktivitas swinging, di mana pasangan sepakat untuk bertukar pasangan demi kepuasan seksual tanpa terlibat secara emosional.
Namun, dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), seorang seksolog, mengingatkan bahwa gaya hidup ini membawa risiko kesehatan yang serius jika tidak dilakukan dengan batasan dan perhatian yang tepat.
“Saat terlibat dalam swinging, penting untuk menjaga keamanan, termasuk penggunaan kontrasepsi dan langkah pencegahan lainnya,” terang Haekal kepada Kompas.com pada Minggu (12/01/2025).
Simak juga:
Penggunaan alat kontrasepsi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan cara yang benar. Jika tidak, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual.
Beberapa penyakit yang mungkin mengintai antara lain Sifilis, Gonore, HIV, dan HPV (Human Papillomavirus), yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
“Ada juga penyakit lain yang berkaitan dengan seksualitas, seperti Hepatitis B,” tambahnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap swinger untuk jujur kepada pasangan mereka mengenai kondisi kesehatan sebelum terlibat dalam aktivitas ini.
“Salah satu batasan dalam swinging adalah memastikan status kesehatan yang jelas. Harus dalam kondisi sehat dan tidak sembarangan berhubungan seks dengan orang lain,” tutupnya.
Selain risiko penyakit, eksplorasi seksual semacam ini juga dapat menimbulkan kecanduan jika dilakukan berlebihan.
Misalnya, munculnya emosi tak terduga di antara para pelaku, seperti perasaan keterikatan emosional.
“Karena sering melakukan swinging, bisa saja seseorang menemukan pengalaman baru yang lebih memuaskan dibandingkan yang didapatkan dari pasangan sahnya,” jelasnya.
Simak juga:
Melakukan swinging secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam hubungan utama, yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas hubungan dengan pasangan tetap.
“Lama-lama, individu tersebut dapat mengalami sex addiction (kecanduan seks) yang membuatnya merasa tidak pernah puas,” imbuhnya.
Ikuti berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Bergabunglah dengan saluran berita Kompas.com melalui WhatsApp Channel: WhatsApp Channel. Pastikan kamu sudah menginstal aplikasi WhatsApp!